Saturday, November 22, 2008

MISTERI ANGKA 23

Beberapa waktu lalu—kira-kira sebelum bulan Oktober 2008—saya mengirimkan sms kepada seorang teman yang bunyinya adalah pemberitahuan bahwa pada tanggal 23 Oktober 2008 akan terjadi sesuatu yang sangat istimewa. Saya juga mengatakan bahwa sms ini jangan dihapus sebelum tanggal itu berlalu.

Sebelum mengirimkan sms itu, saya sering mendapatkan tanda-tanda dengan angka “23”. Tanda-tanda itu mengisyaratkan bahwa sesuatu akan terjadi. Sesuatu itu adalah KEMENANGAN. Dan, jujur saya sempat berpikir bahwa mungkinkah maksudnya adalah sinkhole di Jogjakarta terjadi tanggal 23… Mengapa saya berpikir demikian? Karena, tanda-tanda dengan angka 23 adalah tanda-tanda yang diberikan sebagai tanda kemenangan. Dan, perihal sinkhole yang akan terjadi di Jogjakarta, TUHAN ALLAH mengatakan bahwa: “Jogjakarta akan menjadi tanda penghukuman bagi orang yang tidak percaya. Tapi bagi orang yang percaya, Jogjakarta menjadi TANDA KEMENANGAN bagi Nama Yesus, bagi Maria Bunda-Nya, dan bagi Gereja-Nya.”

Dengan pertanda angka 23 itu, saya meminta kepada teman-teman untuk waspada, berjaga-jaga, dan berdoa. Namun, saya sempat bercanda kepada beberapa teman, “Saya tidak dapat mengatakan bahwa sinkhole akan terjadi tanggal 23 Oktober ini, tapi sesuatu yang istimewa memang akan terjadi. Mungkin saja tanggal 23 itu adalah tentang diriku, mungkin aku akan dilamar pada tanggal 23, atau apalah…” Aku tidak tahu bahwa memang demikian yang akan terjadi.

Selesai melaksanakan talkshow di Gramedia pada tanggal 12,13,14 Oktober 2008, dan dilanjutkan dengan seminar di beberapa tempat pada tanggal 15,16,17,20,21 Oktober 2008, saya dan beberapa teman merencanakan perjalanan ke Ganjuran, Parangtritis, dan beberapa tempat lainnya. Rencana ini akhirnya kami putuskan untuk dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2008. Entah, saat itu misteri angka 23 seperti terlupakan dari pikiran saya.

Lalu, tanggal 23 Oktober 2008 kami pun pergi ke tempat ziarah di Ganjuran dengan mengendarai motor. Saya dan tiga orang teman, kami naik motor berdua-dua. Selesai dari Ganjuran, selanjutnya kami makan siang di salah satu kios di sekitar situ. Dan, tanpa terduga, angka 23 kembali muncul pada pintu rumah di sebelah kios. Salah seorang teman pun langsung mengingatkan bahwa sekitar 2 hari terakhir dia juga tanpa sengaja melihat jam menunjukkan pukul 23:23. Tapi, kami tidak terlalu memerhatikan tanda angka 23 itu.

Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Parangtritis. Saya hendak mengambil foto batu besar di sebelah kiri Pantai Parangtritis, untuk ditaruh pada artikel ritual okultisme yang mendukakan hati Tuhan. Batu besar itu dan ritual yang dilakukan di Pantai Parangtritis telah diperlihatkan Tuhan kepada saya, sebelum saya benar-benar mengetahui bahwa batu besar itu memang ada di situ, dan ritual-ritual juga memang diadakan di tempat itu.

Nah, ketika kami baru memasuki daerah Pantai Parangtritis—selesai membayar tiket masuk— saya melihat jam di handphone menunjukkan pukul 12.00. Saya pun mendaraskan doa Angelus. Selesai Angelus, saya merasakan dorongan yang sangat kuat untuk berdoa lebih. Saya pun mendoakan St.Mikael Malaikat Agung, juga doa-doa lainnya kepada para malaikat dan orang kudus.

Tanpa disangka-sangka… beberapa menit selesai mendaraskan doa tersebut, sesuatu terjadi!

Saya melihat motor kami mendekati motor di depan kami (yang membawa kedua teman saya). Teman saya yang membawa motor yang saya tumpangi berteriak keras, “Metaaa…!!!

Selanjutnya, saya tidak sadar lagi bagaimana tubuh saya terlempar dari motor… Yang saya sadari wajah saya seperti terseret di tanah… Namun, saya tidak merasakan tubuh saya terbentur apa pun. Yang saya tahu… kami sudah kecelakaan!

Orang-orang mulai menghampiri kami. Menurut kesaksian teman saya, dia sangat ketakutan melihat wajah saya berdarah dan dipenuhi dengan pasir. Orang-orang meminta saya berdiri, tapi saya tidak sanggup. Baru saat itulah saya sadar bahwa kaki saya cedera dan rasanya sangat menyakitkan, sehingga saya harus dibopong orang.

Kemudian, saya melihat teman yang satunya lagi, yang membawa motor kami, dia masih bisa berdiri. Namun, kondisinya pun menyedihkan.. Saya melihat mulutnya berlumuran darah.

Orang-orang yang berada di tempat itu sangat baik. Mereka langsung menolong membawa kami ke Puskesmas setempat. Jadi, saya dan teman yang berada di motor yang sama dengan saya mengalami kecelakaan, sedangkan kedua teman saya yang lainnya lagi tidak kecelakaan, mereka baik-baik saja. Entahlah… tampaknya teman yang membawa motor kami kehilangan keseimbangan karena kena senggol motor yang di depan, sehingga hanya kami saja yang kecelakaan.

Saya pun dinaikkan ke motor seorang Bapak yang tidak saya kenal (semoga ALLAH memberkatinya) dan dia membawa saya ke Puskesmas terdekat. Cuaca yang tadinya terang menjadi mendung, dan hujan pun turun selama kami berada di perjalanan menuju Puskesmas. Saya pun tak tahan dan menangis dengan ditemani tetesan air hujan. Luka-luka terasa sangat pedih. Namun, yang membuat tangisan saya hampir tak bisa berhenti adalah merasakan pedihnya hati ALLAH yang berduka karena dosa orang-orang yang menduakan-Nya dengan dilakukannya ritual-ritual di tempat itu.

Terbayang di benak saya betapa menderitanya apabila orang-orang nantinya mengalami luka-luka yang sangat dahsyat akibat bencana Sinkhole yang akan menimpa mereka. Saya menangis karena membayangkan bahwa sakit yang saya terima saat itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan penderitaan yang akan menimpa segenap warga Jogjakarta. Seakan-akan saya pun turut merasakan kepedihan yang kelak akan mereka alami juga. Saya menangisi hal itu dan memohon ampun atas dosa-dosa warga Jogjakarta yang mendukakan hati ALLAH dengan menduakan-Nya. Saya memohon ampun atas nama seluruh warga Jogjakarta yang tidak percaya bahwa Darah Kristus sanggup menyelamatkan mereka. Saya memohon ampun karena banyak orang tidak berharap pada Yesus, dan beralih pada berhala-berhala…

Akhirnya, kami pun tiba di Puskesmas, dan hujan pun berhenti. Langit menjadi cerah kembali.

Di Puskesmas saya kembali menangis membayangkan betapa pedihnya luka-luka yang diterima Yesus Kristus. Luka-luka yang saya terima mengingatkan saya pada luka-luka Kristus. Dan, sakit yang saya derita belum apa-apa jika dibandingkan dengan penderitaan yang ditanggung-Nya.

Kulit tangan saya yang terkelupas; daging yang tercabik dari jari-jari tangan; lutut yang cedera; luka di wajah; terasa begitu menyakitkan. Namun, saya layak menerimanya karena saya orang berdosa. Tapi, Tuhan Yesus… apa salah-Nya? Betapa banyaknya luka-luka yang ditanggung-Nya di sekujur tubuh-Nya. Yesus dicambuk dan dipukuli; daging-Nya tercabik-cabik. Luka-luka-Nya tersayat-sayat dan pada kepala-Nya ditancapkan dimahkotai duri; sungguh memedihkan hati. Belum lagi dengan tubuh penuh luka Yesus harus memanggul salib-Nya; sampai kemudian dipaku pada tangan dan kaki-Nya di kayu salib.

Oh Tuhan, sungguh penghinaan yang sangat kejam bagi Yesus, jika kita tidak percaya bahwa Dia mengasihi kita dan sanggup menyelamatkan kita. Yesus Kristus sudah memberikan diri sampai sedemikian rupa, dan orang-orang masih tidak percaya pada-Nya, malahan lebih percaya pada dukun-dukun serta percaya pada batu-batu serta benda-benda mati. Sungguh suatu penghinaan pada luka-luka dan Darah Termulia-Nya…

Dia tidak bersalah apa-apa, namun Dia mau menanggung segala luka dan penderitaan untuk memulihkan dosa-dosa dunia. Dan, apa yang diterimanya sekarang di Jogjakarta?? Orang-orang mendukakan-Nya; membuat luka-luka dan penderitaan-Nya seakan-akan tidak berharga. Orang-orang tidak berharap pada keselamatan yang datang lewat Darah Termulia-Nya. Orang-orang lebih percaya pada dukun-dukun, sesajen-sesajen, dan ritual-ritual yang tidak berkenan di hadapan ALLAH.

Sungguh sakit rasanya hati saya merenungkan hal tersebut… Luka-luka di tubuh saya tidak sebanding dengan luka yang mendera hati saya… Berulang-ulang saya berdoa, “Ampunilah mereka ya Tuhan Yesus…”

Dari Jogjakarta saya kembali ke Manado—kota kelahiran saya—dengan menggunakan kursi roda ketika naik dan turun dari pesawat. Kira-kira selama dua minggu saya tidak bisa berjalan sendiri; harus dipapah oleh orang lain. Ketika saya menuliskan artikel ini, saya sudah bisa berjalan sendiri, meskipun lutut yang cedera masih harus menjalani perawatan.

Ternyata, misteri angka 23 itu memang mengenai sesuatu yang istimewa—yang terjadi kepada saya dan juga beberapa teman saya. Yaitu: kesempatan untuk merasakan sengsara Kristus dan sengsara yang akan menimpa warga Jogjakarta. Jadi, kami tidak hanya sekadar memperingatkan warga Jogjakarta akan kesengsaraan yang akan menimpa mereka melalui terjadinya bencana sinkhole, tetapi saya dan teman-teman saya telah turut mengambil bagian dalam kesengsaraan yang akan menimpa mereka. Mengambil bagian dengan cara menerima luka-luka yang menimpa, dan tidak menghujat ALLAH karena luka-luka itu, melainkan menjadikan penderitaan sebagai doa permohonan ampun atas dosa semua orang dan permohonan keselamatan untuk semua orang.

Saudara dan saudariku, segenap warga Jogjakarta, semoga dalam segala penderitaan yang akan menimpa tanah Jogjakarta, tidak ada seorang pun dari antara kalian yang menghujat ALLAH dan meninggalkan-Nya. Melainkan, bertobatlah dan jangan lagi menduakan-Nya! Berbaliklah kepada BAPA di Surga, dan percayalah pada Nama Anak Tunggal-Nya; YESUS KRISTUS.

Berlindunglah dalam Lautan Kerahiman Tuhan Yesus; dalam Luka-Luka Sengsara dan Darah Termulia-Nya. Hiduplah seturut dengan perintah ALLAH, supaya Dia juga mendengarkan seruan permohonan kita, ketika kita berseru memanggil Nama-Nya yang kudus. Mohonkanlah pengampunan dan belas kasihan-Nya. Tuhan Yesus akan menyelamatkan Saudara dan Saudari sekalian, dan Bunda Maria juga akan menolong mendoakan agar bencana itu berhenti dan tidak sampai menghilangkan Jogjakarta dari peta bumi.

Bencana sinkhole yang akan meluas dan membentuk danau itu tidak akan berhenti sampai orang-orang sungguh-sungguh bertobat dan meninggalkan ritual perdukunan; okultisme; dan sikap menduakan ALLAH. Juga, jika orang-orang tidak mau menerima bahwa untuk menghentikan bencana itu mereka harus meminta Bunda Maria mendoakan mereka (dengan cara mendaraskan Salam Maria), maka sinkhole itu tidak hanya akan meluas menjadi danau, tetapi juga akan menelan seluruh tanah Jogjakarta dan segenap isinya. Dan, Jogjakarta tidak akan ada lagi; lenyap dari peta bumi!

Allah Bapa yang kekal, demi luka-luka sengsara Yesus yang pedih; kasihanilah segenap warga Jogjakarta; kasihanilah kami dan seluruh dunia. Berilah kami mata hati yang terbuka untuk dapat meninggalkan segala dosa dan kejahatan kami dan untuk melihat keselamatan yang datang daripada-Mu.

Tolonglah kami yang lemah ini; buatlah kami taat untuk hidup seturut dengan segala perintah, peraturan, ketetapan, dan jalan-Mu. Semoga Roh Kudus menaungi hati kami dan menguasai kami sepenuh-Nya; dan menjadikan kami sebagai Pengikut Kristus yang setia; serta menghantar kami ke hidup yang kekal.

Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amin.

Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus… Santa Maria Bunda ALLAH, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.

Santo Yosep, bersama para kudus dan para malaikat ALLAH, kami mohon doakanlah kami. Amin.

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP